Jumat, 18 Januari 2013

Pembelajaran Keterampilan Berbahasa di SD


Pembelajaran Keterampilan Berbahasa di SD
Pembelajaran Keterampilan Berbahasa di SD

Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan berbahasa tulis dan keterampilan berbahasa lisan. Klasifikasi seperti ini dibuat berdasarkan pendekatan komunikatif. Implikasinya pembelajaran bahasa di SD harus difokuskan pada kemmapuan siswa memahami dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbahasa tulis terdiri dari keterampilan membaca dan menulis. Sedangkan keterampilan berbahasa lisan terdiri dari menyimak dan berbicara.

A. MEMBACA

1. Hakikat Membaca
Pada hakikatnya membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.

2. Tujuan Membaca
Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaac yang dibacanya. Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca.
Pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan yang dimaksud meliputi :
1. menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan;
2. membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan;
3. menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan;
4. menggali simpanan pengetahuan atau skemata siswa tentang suatu topik;
5. menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa;
6. mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan
ataupun tertulis;
7. memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimentasi untuk
meneliti sesuatuyang dipaparkan dalam sebuah bacaan;
8. mempelajari struktur bacaan.

3. Teknik dan Strategi Pembelajaran Membaca
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap keseluruhan teks, biasanya guru menerapkan kegiatan prabaca, kegiatan inti membaca, dan kegiatan pascabaca dalam pembelajaran membaca.
a. Kegiatan prabaca dimaksudkan untuk menggugah prilaku siswa dalam penyelesaian
masalah dan memotivasi penelaahan materi bacaan.
1) Gambaran awal cerita, yang berisi informasi yang berkaitan dengan isi cerita,
dapat meningkatkan pemahaman. Pemberian gambaran awal cerita kepada siswa
yang dirancang sebagian untuk membangun latar belakang pengetahuan tentang
cerita tersebut dapat membantu siswa menyimpulkan isi bacaan.
2) Petunjuk untuk melakukan antisipasi, merupakan sarana kegiatan awal membaca
yang bermanfaat. Petunjuk semacam ini dirancang untuk menstimulus pikiran,
berisi pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dibaca.
3) Pemetaan semantik, merupakan strateg prabaca yang baik, sebab kegiatannya
memperkenalkan kosa kata yang akan ditemukan dalam bacaan dan dapat
menggugah skemata yang berkaitan dengan topik bacaan.
4) Menulis sebelum membaca, menulis pengalaman pribadi yang relevan, sebelum
mereka membaca materi, bermanfaat pada kegiatan mengerjakan tugas, dan reaksi
yang lebih positif.
5) Drama/simulasi, dapat digunakan sebelum cerita dibaca untuk meningkatkan
pemahaman.

b. Kegiatan inti membaca
Beberapa strategi dan kegiatan dalam membaca dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman siswa. Strategi yang dimaksud adalah strategi metakognitif, cloze
procedure, dan pertanyaan pemandu.
1) Strategi metakognitif, berkaitan dengan pengetahuan seseorang atas penggunaan
intelektual otaknya dan usaha sadarnya dalam memonitor atau mengontrol
penggunaan kemampuan intelektualnya. Metakognitif ini meliputi cara terjadinya
berpikir . Dalam kegiatan membaca, orang yang menerapkan metakognitif akan
memilih keterampilan dan teknik membaca yang sesuai dengan tugas
membacanya.
2) Cloze procedure, digunakan juga untuk meningkatkan pemahaman dengan cara
menghilangkan sejumlah informasi dalam bacaan dan siswa diminta untuk
mengisinya. Latihan cloze procedure dalam pelaksanaannya melibatkan
penghilangan huruf, suku kata, kata, frase, klausa, atau sebuah kalimat.
3) Pertanyaan pemandu, selama membaca pertanyaan pemandu sering digunakan
untuk meningkatkan pemahaman. Siswa dilatih untuk mengingat fakta dengan
cara mengubah fakta itu menjadi pertanyaan ”mengapa”. Pertanyaan pemandu
dapat diajukan guru kepada siswa atau diajukan siswa untuk dirinya sendiri ketika
sedang membaca.

c. Kegiatan pascabaca
Kegiatan dan strategi setelah membaca membantu siswa mengintegrasikan informasi baru ke dalam skemata yang sudah ada. Selain itu, kegiatan pascabaca dapat memperkuat dan mengembangkan hasil belajar yang telah diperoleh sebelumnya.
Ada beberapa kegiatan dan strategi yang dapat dilakukan siswa setelah membaca, yaitu, memperluas kesempatan belajar, mengajukan pertanyaan, mengadakan pameran visual, melaksanakan pementasan teater aktual, menuturkan kembali apa yang telah dibaca kepada orang lain, dan mengaplikasikan apa yang diperoleh dari membaca ketika melakukan sesuatu.

B. MENULIS

1. Hakikat Menulis

Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Seorang penulis yang memahami dengan baik makna kata menulis akan betul-betul peduli terhadap kejelasan apa yang ditulis, kekuatan tulisan itu dalam mempengaruhi orang lain, kepiawaian penulis dalam memilih dan mengolah kata-kata.
Kiat-kiat yang dapat ddigunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis sebagai suatu proses, yaitu:
a. langsung menulis, teori belakangan
b. mulai dari mana pun boleh
c. belajar sambil bercanda
d. pembelajaran menulis nonlinear(tidak harus ada urutan tertentu)

2. Teknik dan Strategi Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis dapat dilaksanakan di dalam kelas (pada jam pelajaran sekolah) dan diluar kelas (di luar jam pelajaran).
a. Pembelajaran menulis di dalam kelas
kegiatan pembelajaran menulis di dalam kelas sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan
jam yang telah ditetapkan dalam jadual pelajaran. Beberapa contoh teknik yang dapat
kita gunakan:
1) bermain dengan bahasa dan tulisan
2) kuis
3) memberi atau mengganti akhir cerita
4) menulis meniru model: copy the master
b. Pembelajaran menulis di luar kelas
Pembelajaran menulis di luar kelas ini dapat dilakukan, misalnya, siswa dilatih
menulis buku harian, majalah dinding (mading), dan kegiatan kliping.

C. MENYIMAK

1. Hakikat Menyimak
Hakikat menyimak dapat dilihat dari berbagai segi (Logan, 1972). Menyimak dapat dipandang sebagi satu sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses atau sebagai suatu pengalaman kreatif. Menyimak dikatakan sebagai suatu sarana sebab adanya kegiatan yang dilakukan seseorang pada waktu menyimak yang harus melalui tahapan mendengarkan bunyi-bunyi yang telah dikenalnya. Kemudian, secara bersamaan is memakai bunyi-bunyi itu. Dengan cara ini ia mampu mengintepretasikan dan memahami makna bunyi-bunyi itu.




Menyimak sebagai seni berarti kegiatan menyimak itu memerlukan adanya kedisiplinan, konsentrasi, partisipasi aktif, pemahaman, dan penilaian. Sebagai suatu proses menyimak berkaitan dengan proses keterampilan yang kompleks, yaitu keterampilan mendengarkan, memahami, menilai, dan merespons. Menyimak dikatakan sebagai respon, sebab respons merupakan unsur utama dalam menyimak. Menyimak sebagai pengalaman kreatif melibatkan pengalaman yang nikmat, menyenangkan, dan memuaskan.

2. Bahan Pembelajaran Menyimak
Tujuan pembelajaran menyimak, melatih siswa memahami bahasa lisan. Oleh sebab itu, pemilihan bahan pembelajaran menyimak harus kita sesuaikan dengan karakteristik anak SD.

4. BERBICARA

1. Hakikat Berbicara
Berbicara dapat diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagsan atau perasaan secara lisan (Brown dan Yule, 1983). Berbicara sering dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial karena berbicara merupakan suatu bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, dan linguistik secara luas.

2. Jenis-jenis Berbicara
a. Berbicara berdasarkan tujuannya
1) Berbicara memberitahukan, melaporkan, dan menginformasikan.
2) Berbicara menghibur
3) Berbicara membujuk

b. Berbicara berdasarkan situasinya
1) Berbicara formal
2) Berbicara informal

c. Berbicara berdasarkan cara penyampaiannya
1) Berbicara mendadak
2) Berbicara berdasarkan catatan
3) Berbicara berdasarkan hafalan
4) Berbicara berdasarkan naskah

d. Berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya
1) Berbicara antarpribadi
2) Berbicara dalam kelompok kecil
3) Berbicara dalam kelompok besar

3. Bahan dan Strategi Pembelajaran Berbicara
Tujuan pembelajaran berbicara di SD adalah melatih siswa dapat berbicara dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca atau menulisd, kosakata, dan sastra sebagai bahan pembelajaran berbicara, misalnya menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali isi cerita yang pernah dibaca atau didengar, bermain peran, pidato.
Banyak cara untuk meelaksanakan pembelajaran berbicara di SD, misalnya siswa diminta merespons secara lisan gambar yang diperlihatkan guru, bermain tebak-tebakan, menceritakan isi bacaan, bertanya jawab, membicarakan kaidah sebuah puisi, melanjutkan cerita guru, berdialog, dan sebagainya. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan bahwa pembelaran berbicara harus dikaitkan dengan pembelajaran keterampilan lainnya.


------------------ Terima kasih -------------------

Daftar Pustaka

Adiwimarta, Sri Sukesi, dkk. (1978). Tata Istilah Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.

0 komentar:

Posting Komentar

Assalamualaikum

JAM

Daftar isi